Belum setahun beroperasi, Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Bakauheni-Terbanggi Besar, kini berubah menjadi ladang pembantaian (the killing fields) baru di Lampung. Tewasnya empat pengendara akibat menabrak truk di Tol Branti KM 96 Natar, Lampung Selatan, Sabtu (19/10/2019), menambah deret panjang korban tewas di tol yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 9 Maret 2019 ini.
Menurut data PT Hutama Karya, sepanjang 2019, sebanyak 85 kecelakaan lalu lintas terjadi di JTTS ruas Bakauheni-Terbanggi Besar, dengan korban tewas mencapai 14 orang. Jika ditambah dengan data kecelakaan terbaru, itu berarti jumlah korban tewas kini mencapai 18 orang. Artinya, rata-rata setiap bulan lebih dari dua nyawa melayang sia-sia di JTTS.
Kasus pengemudi menabrak truk lalu meninggal di JTTS bukan yang pertama kali. Kasus kecelakaan di JTTS pun kini makin beragam. Terakhir, ada truk terbakar habis lantaran bahan kimia yang dibawa terpecik api.
Sebenarnya, benang merah dari berbagai peristiwa ini dapat ditarik menjadi satu simpul, yakni standar keamanan JTTS belum baik. JTTS seolah dipaksakan untuk beroperasi walau belum seluruh fasilitas lengkap. Faktor kelelahan pengemudi yang menjadi penyebab kecelakaan seharusnya bisa dihindari dengan beroperasinya rest area. Namun sejak diresmikan, tak satu pun rest area yang layak, aman, dan nyaman untuk beristirahat.
Sosialisasi keamanan berkendaran di jalan tol bagi masyarakat juga amat sangat minim. Masyarakat Lampung yang baru memiliki jalan tol, dilepas begitu saja tanpa sosialisasi intensif pengelola jalan tol beserta mitranya.
Tengoklah kemacetan akut yang terjadi hampir tiap sore di Gerbang Tol Kotabaru, Lampung Selatan, akibat banyaknya pengemudi yang kehabisan saldo uang elektronik. Ini praktek alpa pengelola jalan tol dan mitra bank penyedia uang eletronik dalam memasyarakatkan produknya. Dengan berbagai aplikasi canggih pengisian saldo uang elektronik, seharusya kehabisan saldo itu bukan alasan.
Anehnya, berbagai kecelakaan itu belum menarik perhatian Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) turun gunung ke Lampung. Ke-18 nyawa melayang itu mungkin dinilai belum cukup, agar KNKT menyelidiki faktor teknis yang berperan dalam berbagai kecelakaan itu.
Jadi, mari kita tunggu nyawa-nyawa berikutnya melayang di ladang pembataian baru ini....
Tabik puunnnn....
Amiruddin Sormin
Wartawan Utama
Berikan Komentar
Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...
1256
Lampung Selatan
3929
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia