Ini tentu bukan kalimat ajakan, tapi plesetan dari ungkapan masyarakat jawa yang amat kesohor 'mangan ora mangan kumpul'. Kata makar kembali mencuat dan menyita perhatian ruang-ruang publik pasca penangkapan para tokoh yang dituduh mendompleng aksi umat Islam menuntut penangkapan Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok atas penistaan ayat Alquran. Sejumlah tokoh itu dinilai bakal makar atas pemerintah.
Namun istilah seram itu justru jadi bola liar di arena sosmed. Masyarakat kita memang punya cara sendiri menyikapi berbagai isu. Bahkan sering mengagetkan. Para pimpinannya serius, warganya justru berplesetan ria. Makar pun jadi bahan banyolan dengan mengunggah aneka istilah makar menjadi makar ikan, jagung makar, nasi makar. Jangan-jangan nanti ada istilah nasi goreng makar menemani menu nasi goreng setan.
Entah kapan penyakit phobia kambuh, sehingga setiap kritik dianggap makar. Pemerintah yang dicintai rakyat seharusnya nyaman bekerja tanpa harus curiga bakal ada makar. Upaya makar lewat kudeta yang dilakukan sekelompok anggota militer untuk menggulingkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 15 Juli 2016, seharusnya cukup jadi pelajaran. Kudeta itu gatot alias gagal total karena tak didukung rakyat.
Ketika para anak bangsa yang bersuara kritis terhadap pemerintah tanpa angkat senjata dianggap makar, kita justru dikagetkan dengan makar betulan dari bumi Papua. Adalah Goliath Tabuni yang mengklaim sebagai Jenderal dan Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menyatakan perang terhadap Pemerintah Indonesia. Dalam siaran pers yang dikirim ke sejumlah media, Minggu (8/1/2017) Goliath Tabuni juga mengundang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), khususnya tentara di pangkalan Amerika di Darwin, Australia, untuk masuk Papua.
Anehnya, makar betulan dan bukan kebetulan ini justru sepi publikasi. Barangkali, masyarakat kita tak seram lagi dengan kata makar. Tapi apa pun kondisinya, gejolak yang berangkat dari kinerja pemerintah harus tetap direspon dengan baik dengan tetap mengedepankan semangat kesatuan dan persatuan. Boleh berbeda pendapat, tapi tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
So, makar ora makar yo tetep ngumpul lan rukun. Diundang atau tidak diundang sarapan dan maksi ke Istana, yo tetep guyub. Tabik punnn....
Amiruddin Sormin
(Wartawan Utama)
Berikan Komentar
Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...
23419
Bandar Lampung
5318
172
19-Apr-2025
144
19-Apr-2025
190
19-Apr-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia