Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Menulis, Memang Bekerja untuk Keabadian
Lampungpro.co, 01-Oct-2024

Amiruddin Sormin 269

Share

Heri Wqrdoyo. DOK. PRIBADI

Le libraire fait semblant de vendre des livres... mais il sait bien lui qu'il est marchand de rêves." F. Mauriac. (Penjual buku berpura-pura menjual buku... tapi dia tahu betul bahwa dia adalah pedagang impian).

SEJARAH evolusi bergumul akrab dengan dunia penulisan, amat mirip dengan pola evolusi biologis. Ketika gen-gen kita tidak dapat menyimpan semua informasi yang dibutuhkan untuk hidup, perlahan kita menciptakannya sendiri.

Tapi kemudian tibalah masanya, kira-kira 10 ribu tahun lalu, ketika kita perlu mengetahui lebih daripada yang dapat disimpan otak. Kita pun belajar menyimpan informasi yang terserak banyak sekali di luar tubuh kita.

Sepanjang rentang sejarah yang diketahui, kitalah satu-satunya spesies di planet Bumi yang menemukan memori milik bersama yang tidak disimpan, baik di gen maupun di dalam otak. Gudang memori itu disebut perpustakaan.

Buku dibuat dari pohon. Buku merupakan kumpulan bagian-bagian rata dan luwes (halaman) yang dibubuhi garis berlekuk dan berwarna gelap. Sekali memandangnya, kita seolah merasakan sayup suara orang lain, barangkali seseorang yang meninggal berabad lalu. Melewati ribuan tahun, penulisnya berbicara dengan jelas dan tanpa suara di dalam kepala, langsung kepada Anda. Reading is dreaming with eyes open_.

Rasanya, menulis memang penemuan terbesar manusia, menyatukan umat, wahana pelayaran ilmu orang-orang dari zaman berbeda--mereka yang tak pernah saling mengenal. Buku memutuskan belenggu zaman, bukti bahwa manusia bisa menciptakan keajaiban.

Beberapa penulis pertama, nun jauh di masa lampau, menulis di lempeng tanah liat. Huruf paku, leluhur jauh alfabet bangsa Barat, diciptakan di Timur Dekat sekitar 5 ribu tahun lalu.

Kegunaannya sebagai alat pencatat pembelian biji-bijian, penjualan tanah, dokumen kemenangan raja, peraturan pendeta, posisi bintang, atau doa bagi para dewa. Dalam beberapa milenium, tulisan dipahat di lempeng tanah liat dan batu, digoreskan di lilin, kulit pohon, atau kulit hewan; dilukis di bambu, lontar, atau sutra; tapi selalu hanya ada satu salinan untuk setiap tulisan dan selalu ditujukan untuk pembaca yang berjumlah sangat sedikit, kecuali yang berupa prasasti yang dipahatkan di monumen.

1 2 3

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Eva Dwiana Lanjut, Banjir Bandar Lampung Bakal...

Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...

3749


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved