Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Zionisme Israel di Ujung Nafas: Akhir yang Menantang Sejarah dan Keadilan
Lampungpro.co, 22-Jun-2025

Amiruddin Sormin 671

Share

Esai reflektif jurnalis Heri Wardoyo. LAMPUNGPRO.CO

Ada gema Edward Said di sini, ada bayang Mahatma Gandhi, jejak Martin Luther King Jr., bahkan samar tercium kharisma Mandela. Mereka percaya bahwa keadilan sejati hanya mungkin lahir jika kita mampu melampaui kebencian yang diwariskan sejarah.

Hari ini, kita melihat Israel bukan sebagai monolit yang kuat, tetapi sebagai tubuh ideologis yang retak, dan kekuatan militer yang compang-camping.

Sang Zionie bersimbah kutukan karena terus-menerus mengandalkan represi di Gaza demi mempertahankan narasi.

Tapi dunia kini tak lagi sama bagi Israel. Dunia yang tak lagi mudah dibungkam telah bergerak. Warga mulai mengutuk Netanyahu. Generasi Yahudi muda di Barat pun mulai bertanya, bahkan lantang menolak kekejian di tanah Palestina. Di universitas, di jalan-jalan, di forum digital, muncul pertanyaan suci: apakah keselamatan bisa dibangun di atas penderitaan? Di balik pertanyaan itu, terbit sebentuk harapan: Zionisme mungkin mati, tapi — jika tidak sekalipun — bahkan kemungkinan hidup bersama pun tidak akan semudah kemarin.

Esai ini bukan requiem, tapi hanya transmiter yang menyampaikan lonceng penanda perubahan. Ilan Pappé mengajarkan kita bahwa sejarah bukan milik para pemenang, melainkan milik mereka yang tak berhenti bertanya. Di tengah reruntuhan ideologi Zionis, mungkin inilah saatnya membangun tatanan baru: bukan dengan kekuasaan, tapi dengan pengakuan. Bukan dengan tembok, tapi dengan jembatan. Bukan dengan kebohongan suci, tapi dengan keberanian menatap luka dan menyembuhkannya bersama.

Zionisme mungkin segera tiba di bab terakhirnya. Dan dari abu ideologi itu, barangkali kita bisa menulis ulang kisah yang lebih indah — babak di mana yang bukan haknya tak lagi diperebutkan; saat sejarah tidak lagi dikutuk hanya untuk berulang, tapi diberi peluang menebus dirinya.

Dan di sanalah, seperti bisik matahari terakhir yang terpancar dari kemilau Laut Tengah, keadilan mungkin menemukan tanahnya kembali. (***)

1 2 3

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya

Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved