Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Catatan Bisnis Singkong Lampung, Industri Berkibar Petani Terkapar
Lampungpro.co, 24-Mar-2021

Amiruddin Sormin 7348

Share

Panen singkong di Lampung Timur, pekan lalu. LAMPUNGPRO.CO/DOK

Jika merujuk pada kesimpulan sementara KPPU ada empat perusahaan yang diduga terafiliasi, bisa disimpulkan salah satunya adalah PT Budi Starch and Sweetener Tbk Group. Inilah satu-satunya perusahaan asli Lampung yang melenggang di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta dan masih mampu bertahan menjual sahamnya di era pandemi Covid-19.

Dikutip dari Bisnis.com, anak usaha Sungai Budi Group yakni PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dan PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI), pada 2019, TBLA mampu mencatatkan laba Rp663 miliar. Menurut Wakil Presiden Direktur TBLA dan BUDI Sudarmo Tasmin, TBLA merencanakan belanja modal tahun ini dapat mencapai 26 juta dolar Singapura untuk melancarkan ekspansi produk hilir pada 2020. Selain itu, TBLA akan membangun satu pabrik refined glycerine berkapasitas 120 ton per hari. 

TBLA juga membangun pabrik biodiesel berkapasitas 1.500 ton per hari di Lampung. Dengan demikian total kapasitas produksi biodiesel menjadi 2.500 ton per hari pada 2020. Selain itu perseroan akan membangun pabrik refinery berkapasitas 2.500 ton per hari di lokasi yang sama. Setidaknya pada 2021, TBLA dapat memproduksi 750.000 ton dengan kapasitas 2.500 ton per hari. 

BUDI juga tengah menambah kapasitas pabrik sebesar 60.000 ton di Lampung. Pabrik itu direncanakan beroperasi pada kuartal I/2020. Dengan demikian BUDI memiliki kapasitas produksi tepung mencapai 900.000 ton per tahun. 

Total kapasitas itu membuat BUDI menjadi produsen terbesar tepung tapioka di Indonesia dan salah satunya di Asia Tenggara. Pabrik itu kami akusisi dari perusahaan asing yang tidak jadi dibuat. Biaya investasi sekitar Rp50 milliar dan tahun depan sudah akan berproduksi, kata Sudarmo Tasmin.

Dugaan Praktek Oligopoli dan Monopsoni

Upaya penyehatan bisnis singkong di Lampung pernah dilakukan Gubernur Lampung Oemarsono di era 2000-an agar harga singkong naik, yakni dengan membangun Industri Tepung Tapioka Rakyat (Ittara). Kehadiran Ittara ini sempat membuat harga singkong stabil, namun pelan-pelan mati karena kekurangan pasokan bahan baku. Kesimpulan matinya Ittara karena pasokan bahan baku merupakan hasil penelitian Bank Indonesia Perwakilan Lampung.

1 2 3 4 5

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Lampung Dipimpin Mirza-Jihan: Selamat Bertugas, "Mulai dari...

Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...

19941


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved