Awalnya, lahan yang ditanami pisang mas cuma seluas 0,5 hektare. Namun melihat hasil yang menggiurkan, dua tahun kemudian kerja sama berkembang menjadi 400 hektare sejak 2017. Pisang Mas Tanggamus pun diekspor ke Malaysia dan Singapura dengan rata-rata jumlah ekspor satu kontainer setiap pekan.
Perlahan pamor pisang mas dari Lumajang yang kemudian bernama Pisang Mas Tanggamus itu mulai jadi buah bibir di kalangan petani karena rutin diekspor ke mancanegara. "Rasanya renyah, legit, dan manis. Ada yang menyebutnya pisang madu. Permintaannya luar biasa banyak, hingga kami belum bisa memenuhi semua permintaan ekspor," kata Ketua Kelompok Tani Arjuna, Mujianto, di Packing House, Dusun IV Sailing, Pekon Sumber Rejo.
Kini, kemitraan GGP dan petani mencakup lebih dari 400 hektare dengan melibatkan 521 petani di dua kabupaten. Perusahaan swasta terbesar penghasil produk hortikultura di Indonesia itu, merangkul petani dengan konsep corporate shared value (CSV). Konsep kolaborasi itu dijalankan bersama dengan petani, kelompok usaha tani, dan koperasi usaha tani yakni Koperasi Hijau Makmur.
BACA JUGA: Berkat Konsep CSV, Petani Kopi dan Padi pun Minat Tumpang Sari Pisang Mas Tanggamus
Menurut Government Relations and External Affair Director GGP, Welly Soegiono, melalui CSV pihaknya berharap bisa menyejahterakan petani karena dikerjakan bersama dan hasilnya dinikmati bersama. Lewat konsep ini, petani mendapat jaminan bibit unggul, sarana produksi, dan kepastian harga jual yakni Rp2.500/kg yang ditetapkan lewat kontrak.
Padahal, harga jual rata-rata pisang petani di Tanggamus cuma Rp1.000/kg. "Kemitraan pola CSV ini ditargetkan memacu peningkatan daya saing global sektor industri makanan dari Lampung, khususnya Tanggamus," kata Welly Soegiono.
Provinsi Lampung kini bisa menambah daftar komoditas ekspornya dengan Pisang Mas Tanggamus dari yang biasanya didominasi pisang Cavendish. Volume ekspornya memang belum sebanyak Cavendish yang mencapai 14.757 ton per tahun di 2017. "Kami baru mampu mengekspor 4 kuintal per minggu atau 1,5 ton hingga 2 ton per bulan," kata Mujianto yang dikenal warga sebagai Joyo Kumis itu.
Berikan Komentar
Pemkot Bandar Lampung tak perlu cari TPA baru sebagai...
261
Lampung Selatan
22743
Humaniora
3072
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia