Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Menpar Arief Sarankan Homestay Desa Wisata di Kampung Dekat BTS
Lampungpro.co, 20-May-2017

3696

Share

Geliat event yang meramaikan pariwisata di Kabupaten Lumajang yang bersumber dari partisipasi masyarakat kembali akan digelar. Menpar Arief Yahya berharap desa wisata di kawasan terdekat itu segera dihidupkan homestay-nya. Salah satunya untuk menjaga dan merawat agar mata air dan alam di sana terjaga lestari.

"Homestay desa wisata adalah cara cerdas membuat daerah di pelosok negeri ini menjadi maju pariwisatanya. Tanpa merusak alamnya, homestay desa wisata itu sudah menjadi atraksi dan sekaligus amenitas yang berbasis budaya dan alam," kata Menpar Arief Yahya di arena Rakornas II/2017 di Bidakara Jakarta, 18-19 Mei 2017.

Menurut Deni, even ini selain untuk kesadaran pentingnya pelestarian lingkungan di kawasan ranu atau danau juga untuk menggali potensi wisata di Lumajang. Oleh karena dari pelestarian lingkungan itu, maka akan muncul objek wisata yang menarik minat wisatawan untuk datang.

Kegiatan ini sebenarnya pernah dilakukan di tempat yang sama oleh Laskar Hijau sejak tahun 2006 - 2010 dengan title "Maulid Hijau" di Ranu Klakah, Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah. Bedanya, kali ini panggung yang digunakan mengapung di atas air dengan ukuran 20x10 meter.

Panggung ditopang dengan pelampung puluhan tangki kecil atau drum agar bisa menopang panggung di atas air. Untuk menuju panggung yang berada di atas ranau atau danau kecil itu dari tepi danau, terhubung jembatan kayu yang ditopang drum dengan panjang jembatan sekitar 20 meter dari tepi ranu. Sedangkan lebar jembatan 1,5 meter.

Kegiatan ini akan dimulai pada pukul 12.30 dengan istighosah kubro bersama warga sekitar Ranu Klakah. Rencananya Bupati Lumajang akan hadir. Kemudian dilanjutkan dengan pagelaran budaya yang meliputi seni tari, musik dan teater dari seniman-seniman Lumajang, Malang dan Probolinggo.

Dijelaskannya, Illegal logging yang terjadi pada kisaran tahun 1998-2002 telah meluluh lantakkan kawasan hutan lindung di Gunung Lemongan, sehingga berdampak langsung pada 13 ranu yang indah tersebut. Salah satunya Ranu Klakah.

Tak kurang dari 25 mata air di Ranu Klakah yang kemudian harus mati akibat perusakan hutan di Gunung Lemongan dan sekarang tinggal enam�mata air saja. Padahal ranu ini menjadi tumpuan irigasi bagi 620 hektar areal persawahan yang ada di sekitarnya. Degradasi ekologi ini juga terjadi pada ranu-ranu yang lain, bahkan Ranu Kembar di desa Salak, Kecamatan Randuagung saat ini cenderung mengering.

Kondisi kerusakan inilah yang memantik para relawan Laskar Hijau untuk melakukan gerakan konservasi di Gunung Lemongan dan di ranu-ranu yang ada di sekitarnya sejak 2005. Selain melakukan penghijauan, para relawan ini juga melakukan kampanye-kampanye pelestarian lingkungan, salah satunya dengan jalan kebudayaan. (*)

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Eva Dwiana Lanjut, Banjir Bandar Lampung Bakal...

Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...

3861


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved