Begitu juga apa gelar Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Atal S. Depari, hingga kini saya tak tahu, karena Beliau lebih senang dipanggil Bang Atal. Pun saya tak tanya apa gelarnya ketika Bang Atal menjadi penguji saya waktu ikut Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Utama. Saya kenal Beliau itu dari karya-karya dan media yang pernah Beliau pimpin.
Memang, menjadi jurnalis itu karya tulislah yang dikenang. Itu sebabnya, tulisan adalah roh wartawan. Tanpa menulis dan punya karya tulis yang diakui masyarakat, gelar itu cuma tong kosong. Nyaring, tapi tanpa isi.
Jadi aneh bagi saya jika kemudian gelar menjadi tolok ukuran kompetensi seorang jurnalis. Seharusnya, gelar itu adalah pemberian atas karya-karya tulis, seperti Hamka yang mendapat gelar guru besar dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, karena karya-karya tulisnya.
Dari situlah kemudian saya memahami bahwa organisasi profesi wartawan itu dibangun oleh orang-orang yang menghasilkan karya-karya tulis. Kemudian saling berbagi ilmu dan pengalaman bagaimana meningkatkan karya tulis agar mampu menyuarakan yang tak mampu bersuara.
Oleh karena itu, organisasi profesi wartawan mestinya digawangi oleh mereka yang karya tulisnya banyak memengaruhi kebijakan dan memilih jalur sunyi saat membela kepentingan masyarakat. Berani tak populer saat kepentingan masyarakat dirugikan, karena organisasi ini bukan menara gading, tapi mercu suar yang jadi pandu di kegelapan.
Salam,
Berikan Komentar
Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...
1256
Lampung Selatan
3928
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia