Jika kemudian ada yang meninggal, memang sudah ajalnya. Toh, semua akan meninggal pada waktunya.
Ini memang era post modernisme, yang salah bisa jadi benar dan yang benar bisa jadi salah. Kesalahan yang terus menerus dipuji akan jadi kebenaran. Sebaliknya, kebenaran yang terus menerus di-bully, akan jadi kesalahan.
Ini juga yang disebut zaman dimana orang tidak lagi membaca apa yang disuguhkan. Tapi memilih apa yang ingin dia baca sesuai dengan seleranya.
Akibatnya, kebenaran yang pahit akan terus di-bully, jika tak sesuai dengan seleranya. Pun, kesalahan akan dibela dan dikampanyekan agar pas dengan seleranya.
Inilah kenapa hoaks alias informasi bohong jadi subur di media sosial. Masyarakat tak lagi dapat membedakan mana berita, mana hoaks. Celakanya, sebagian besar masyarakat menerima informasi dari media sosial.
Akibatnya pula, berita yang benar tapi tak sesuai selera akan dicap hoaks. Itu prilaku komunikasi di era post modernisme. Pelakunya, siapa saja. Tidak mesti yang awam. Malah kebanyakan dilakukan aparat dan pejabat.
Sesungguhnya, sebagai jurnalis saya pun lelah hampir dua tahun ini meliput dan memberitakan soal Covid-19. Media massa juga ikut jadi korban. Tak ada lagi iklan, advertorial, dan kegiatan pengumpulan massa.
Berikan Komentar
Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...
1256
Lampung Selatan
3929
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia