NA mengatakan, pengawas yang ikut bersama mereka melarang agar para korban tidak turun dari bus selama penyeberangan. "Di atas kapal itu kita semua dilarang untuk turun dari bus, tapi kami berontak karena kami ingin buang air kecil," kata NA.
Setelah dibolehkan turun dari bus, pengawas perempuan itu bahkan ikut masuk ke kamar mandi untuk mengawasi. Perjalanan darat itu lalu berakhir di sebuah rumah besar tidak terurus yang belakangan diketahui milik oknum polisi berpangkat AKBP di Jalan Padat Karya, Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung, pada Jumat (2/6/2023).
NA menuturkan tetangga rumah sempat bertanya apakah mereka rombongan siswa sekolah atau TKW (tenaga kerja wanita). "Ada satu orang yang jawab TKW," kata NA.
Pengawas yang dipanggil Teteh itu sempat mendengar dan memarahi karena jawaban salah satu korban. "Kenapa dijawab? Kenapa nggak diam aja?" kata NA menirukan ucapan pengawas itu.
Dua hari di rumah itu, anggota polisi dari Polda Lampung datang dan mengevakuasi mereka. NA mengaku lega dan bersyukur. Begitu juga teman-temannya yang lain lantaran mendapatkan kejelasan setelah terombang-ambing dan dilempar ke sana kemari oleh para pelaku.
"Saya ucapkan terima kasih kepada Polda Lampung kami sudah diselamatkan. Saya berharap bisa pulang secepatnya ke rumah," kata NA.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 24 warga NTB diselamatkan dari upaya perdagangan orang saat transit di Lampung. Para calon pekerja migran Indonesia (PMI) ini hendak diselundupkan ke Timur Tengah.
Berikan Komentar
Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...
1299
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia