Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Sibuk Radikal Radikul, 'Teror Inflasi' Hantam Petani Lampung
Lampungpro.co, 04-Apr-2021

Amiruddin Sormin 3253

Share

Tabik puunnn....

Radikalisme dan terorisme membuat semua sibuk menjaga agar wilayah masing-masing tak kena bom. Tapi ada 'teroris' yang lebih parah yang nyaris luput dijaga. Namanya inflasi. 

Ini lebih bahaya dari aksi bom bunuh diri. Korbannya lebih banyak daripada bom bunuh diri.

Sekali mafia teroris inflasi ini beraksi, satu wilayah hingga satu negara jadi korbannya. Namun karena inflasi ini tergolong 'white collar crime', senyuman dan saweran para mafia ini lebih indah dari jeritan petani.

Adakah yang sibuk menjaga agar harga singkong tak anjlok? Apakah ada 'densus' yang memata-matai sekaligus meringkus tengkulak yang membuat harga gabah petani anjlok di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP)?

'Densus' itu seharusnya ada. Namanya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Namun sengaja dibuat ompong, agar operasi senyap para mafia pangan aman dan terkendali.

TPID beranggotakan para 'kaum berseragam'. Percayalah, level jurnalis seperti saya ngak akan masuk 'Densus TPID' ini. Jurnalis seperti saya terlalu rewel bagi mafia pangan. Lebih enak nego dengan 'kaum berseragam' itu agar bobok manis dan tak mendengar jeritan petani karena anjloknya harga saat panen raya.

Toh, petani pasti akan tetap menanam singkong dan padi. Biarkan perutnya kempes dan tulang belulangnya terlihat jelas berbalut kulit yang menghitam. Iming-imingi saja dengan kartu sakti yang dikampanyekan mampu mengatasi segala macam masalah petani, termasuk harga.

Petani takkan protes. Naikkan harga pupuk, harga benih, harga obat-obatan, hingga tarif dasar listrik. Percayalah, petani tetap ke sawah, tetap ke ladang, dan kau tetap berseragam yang dibeli dari pajak petani itu. Tak akan ada petani yang bakal berani mencopot lencanamu itu. 

Jadi, mari setrika serapi-rapinya seragam. Tampil necis di depan petani, sambil berkata, "Sabar ya, harga anjlok karena ada impor beras dan tapioka. Itu bukan kewenangan kami." 

Lalu, segera cuci tangan dan katakan lagi ke petani, "Ini masih Covid-19, dunia sedang krisis. Harga-harga sedang anjlok." Sungguh nada indah bagi para tengkulak dan mafia pangan.

Salam,

 

Amiruddin Sormin
Wartawan Utama

 

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Pilgub Lampung, Peruntungan Arinal Djunaidi Berhenti di...

Saya yakin kekalahan Arinal bersama 10 bupati/walikota di Lampung...

1256


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved