"Selama ini, petani hanya menanam pisang apa adanya, tanpa sentuhan teknologi, sehingga hasilnya tak maksimal dan harganya tak terjamin. Petani kopi di Ulu Belu ini terbiasa menghasilkan produk pertanian yang berstandar ekspor. Nah, GGP menawarkan standar ekspor, sehingga banyak petani yang bergabung," kata dia.
Hal senada disampaikan Kasiyanto, petani padi asal Pekon Sumber Rejo, yang menyisihkan seperempat hektare lahannya untuk bertanam Pisang Mas Tanggamus. "Bibit pisang dan pupuk diberi oleh perusahaan. Kami juga selalu dibimbing sehingga hasilnya sesuai standar. Harganya jauh lebih tinggi dari pisang biasa lain yang rata-rata Rp1.000 per kilo," kata Kasiyanto saat berada di kebunnya.
Petani seperti Kasiyanto kini tersebar di sembilan kecamatan se-Tanggamus dengan total luas 524 hektare. Para petani itu tersebar di Kecamatan Ulu Belu seluas 200 hektare, Air Naningan (15-20 ha), Sumber Rejo (15-20 ha), Pulau Panggung (15 ha), Gisting (10), Kota Agung (10 ha), Talang Padang (10 ha), Gunung Alip (5 ha), dan Pugung (3 ha). Selain itu, ada juga di Lampung Barat yakni di Air Hitam, Liwa, dan Fajar Bulan.
Keberhasilan petani membudidayakan Pisang Mas Tanggamus, karena revolusi e-Grower yang 24 jam bisa diakses petani dan pembinaan intensif oleh tim GGP. "Kami intensif melakukan pembinaan di seluruh kecamatan dengan sekolah lapang. Tiap hari dan minggu ada tim GGP yang keliling. Jika ada yang kurang dan bermasalah apa yang harus dilakukan petani, agar kebun tetap bagus," kata Waliyuddin, Department Head Tanggamus Operation PT GGP, Selasa (4/8/2020).
Standar yang ditetapkan GGP di kebun petani sama dengan yang diterapkan di perkebunan sendiri. Standarnya, kata Waliyuddin, harus dilakukan seperti perkebunan moderen.
"Tandan pisang harus dibungkus, agar tak diserang oleh serangga dan hama penyakit yang lain. Kami ada aplikasi berbasis Android e-Grower yang membuat petani dapat melihat fitur dan panduan budidaya yang baik dan benar. Sehingga selain dapat sekolah lapang ada panduan dari aplikasi," kata Waliyuddin.
Titik krusial budidaya pisang ini, kata Waliyuddin, pada usia 6-8 bulan. Pada fase ini harus dilakukan bud injection agar kualitas pisang bagus. "Budidayanya memang harus intensif, karena kita mengejar kualitas ekspor dan pasar supermarket," kata Waliyuddin.
Berikan Komentar
Pemkot Bandar Lampung tak perlu cari TPA baru sebagai...
281
Lampung Selatan
22790
Humaniora
3086
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia