Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Inovasi Teknologi Pengolahan Cabai, Polinela Dorong Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah Petani
Lampungpro.co, 07-May-2025

Sandy 1160

Share

Tim Riset DIGIFARM Polinela inovasi teknologi pengolahan cabai | LAMPUNGPRO.CO

BANDAR LAMPUNG (Lampungpro.co) : Tim periset dari Digital Agriculture and Smart Farming (DIGIFARM) Politeknik Negeri Lampung (Polinela) tengah mengembangkan inovasi teknologi pengolahan cabai untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan meningkatkan nilai tambah produk pertanian lokal.

Program ini merupakan bagian dari skema Katalisator Kemitraan Berdikari yang didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Riset yang dilakukan berfokus pada pemanfaatan teknologi pascapanen dan diversifikasi produk olahan cabai, guna menjawab tantangan fluktuasi harga pasar dan tingginya angka kehilangan hasil (losses) akibat penanganan pascapanen yang belum optimal.

"Salah satu tantangan utama dalam rantai pasok cabai adalah tingkat kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk itu, kami menerapkan teknologi sortasi dan edible coating untuk menjaga kualitas cabai tetap baik dalam waktu lebih lama," ujar Tiara salah satu anggota tim peneliti, Rabu (7/5/2025).

Diversifikasi produk olahan cabai | POLINELA

Tak hanya itu, tim juga memanfaatkan teknologi pengering food dehydrator yang memungkinkan penurunan kadar air cabai hingga di bawah 10 persen tanpa merusak warna dan rasa. “Teknologi ini dinilai sangat penting dalam proses pembuatan produk turunan seperti cabai kering maupun bon cabai,” tambah Tiara.

Inovasi yang dikembangkan tidak hanya berfokus pada teknologi pengawetan, tetapi juga membuka peluang baru melalui diversifikasi produk olahan. Sejumlah produk seperti bon cabai, cabai bubuk kering, serta saus cabai fermentasi dan non-fermentasi tengah dikembangkan untuk menciptakan nilai tambah dan memperluas pasar.

Langkah ini juga menjadi strategi dalam memberdayakan petani lokal serta Kelompok Wanita Tani (KWT), yang diharapkan dapat tumbuh menjadi pelaku UMKM baru. Dengan adanya pelatihan, dukungan akses teknologi, serta kemitraan dengan sektor industri, ekosistem pengolahan cabai ini ditargetkan dapat direplikasi di berbagai daerah lain di Indonesia.

"Harapannya, kita tidak hanya menjual cabai mentah. Tapi kita menjual value, menjual cerita dari produk, dan tentu saja membuka lapangan kerja baru," ungkap salah satu pelaku UMKM binaan tim riset Polinela.

Inovasi teknologi ini digagas oleh para dosen lintas program studi di lingkungan Politeknik Negeri Lampung. Tim peneliti ini tergabung dalam program Mitra Berdikari, dengan Ketua Tim Eko Win Kenali, S.Kom., M.Cs. dan anggota tim lainnya yakni Khusnatul Amaliah, S.Kom., M.Kom., Dani Rofianto, S.Mat., M.Kom., Jaka Fitra, S.Kom., M.TI., Halim Fathoni, S.Kom., M.Sc., Ph.D., Tiara Kurnia Khoerunnisa, S.T., MTP., serta Hevia Purnama Sari, S.P., M.Si.

Salah satu peneliti utama, Tiara Kurnia Khoerunnisa, berasal dari Program Studi Teknologi Pangan.

Eko menekankan bahwa kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan teknologi, tetapi juga untuk memberdayakan masyarakat agar lebih mandiri dalam mengelola hasil pertanian mereka.

"Tim kami tidak hanya fokus pada sisi teknologinya, tetapi juga pada aspek edukasi, pemberdayaan, dan keterlibatan masyarakat. Dengan pendekatan ini, hasil pertanian seperti cabai bisa memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas," ujar Eko Win.

Program ini diharapkan menjadi bagian dari solusi jangka panjang untuk ketahanan pangan nasional, khususnya di sektor hortikultura yang kerap menghadapi tantangan fluktuasi produksi dan harga.

Dengan pendekatan inovatif dan kolaboratif, tim Polinela ingin membuktikan bahwa hasil riset perguruan tinggi bisa berdampak langsung bagi masyarakat dan dunia usaha.

Selain menciptakan produk yang lebih tahan lama dan bernilai jual tinggi, pengembangan sistem pengolahan ini juga diharapkan dapat memperkuat posisi petani dalam rantai nilai pertanian, sekaligus mengurangi ketergantungan pada distribusi cabai segar yang rentan terhadap kerusakan dan fluktuasi harga. (***)

Editor : Sandy,

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Tugu Biawak Wonosobo dan Mannaken Pis Belgia,...

Pariwisata memang butuh ikon, tapi tak harus menimbulkan keriuhan...

1623


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved