Tabik puuunnnn....
Empat kali sudah Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarat (PPKM) diperpanjang di Lampung. Bahkan statusnya naik hingga level tertinggi yakni Level 4 di enam kabupaten/kota. Syukur pada perpanjangan terakhir yakni 24-30 Agustus 2021, tinggal tiga wilayah yang PPKM Level 4 yakni Bandar Lampung, Lampung Timur, dan Pringsewu.
Setiap kali pemerintah mengumumkan perpanjangan PPKM, aneka komentar dan meme bermunculan di media sosial. Dari aneka meme itu yang paling menarik perhatian saya adalah kalimat ini, "Percuma diperpanjang, kalau tak diperkeras."
Kalimat itu kemudian ditampilkan dalam bentuk meme bergambar ahli pengobatan tradisional Almarhumah Hj. Mak Erot asal Sukabumi, Jawa Barat. Bagi yang paham siapa Hj. Mak Erot, apalagi pernah jadi pasiennya, pasti paham maksudnya.
Bersyukur kalimat ini tak dijadikan mural di tembok pinggir jalan, hanya gurauan penghilang galau akibat perpanjangan PPKM yang memukul aktivitas ekonomi masyarakat di jagad maya. Dan, jangan ada yang berpikir gila menjadikannya mural, kalau tak ingin masuk daftar pencarian orang.
Sekilas tampaknya seperti candaan. Tapi bagi saya, itu kalimat serius, terutama jika dikaitkan dengan kondisi penanganan Covid-19 di Provinsi Lampung. Kalimat itu dalam sekali maknanya jika dibawa ke Lampung.
Betapa tidak, sejak PPKM diberlakukan di Lampung, jumlah penderita Covid-19 bukannya turun malah naik drastis. Bahkan tercatat sebagai provinsi dengan kematian tertinggi nasional di luar Jawa-Bali per 21 Agustus 2021.
Malah, wilayah PPKM Level 4 yang awalnya cuma Bandar Lampung, sempat meluas ke enam wilayah yakni Bandar Lampung, Lampung Timur, Pringsewu, Tulangbawang Barat, Lampung Tengah, dan Lampung Barat. Semua mengatakan sudah 'keras' mengajak masyarakat melaksanakan prototol kesehatan, tak cukup 5M, bahkan hingga 6M.
Lalu, apanya yang kurang 'keras'? Menyimak berbagai pernyataan Presiden RI Joko Widodo, dapat disimpulkan Lampung kurang keras dalam melaksanakan vaksinasi. Akibatnya, kini menjadi provinsi terendah vansinasi secara nasional.
Lampung yang cuma 'selemparan batu' dari Jakarta, vaksinasinya baru 10%. Sementara DKI Jakarta yang kini turun ke PPKM Level 3, vaksinasinya hampir 100%. Bagaikan langit dan bumi memang, dua provinsi bertetangga yang kurang 'bisik-bisik tetangga'.
Padahal DKI Jakarta itu punya stok 14 juta dosis vaksin. Kalau diplomasi 'bisik-bisik tetangga' dimainkan, misalnya pinjam 3 juta vaksin saja, sebelum dapat kiriman dari pusat, level PPKM Lampung bisa diturunkan, sehingga kegiatan masyarakat dapat secara bertahap dilonggarkan.
Lampung juga kurang keras dalam menyediakan obat-obatan bagi penderita Covid-19. Wajar, kalau masuk rumah sakit kemudian meninggal, akibat kurangnya obat. Di tengah pembayaran insentif tenaga kesehatan nomor tujuh nasional, ini kondisi ironis.
Menurut saya, vaksin dan obat-obatan itulah yang harus diperkeras di Lampung. Tanpa itu, memang bakal loyo. Percayalah PPKM di Lampung ini bakal terus diperpanjang, karena ya itu tadi, memang kurang diperkeras.
Salam,
Amiruddin Sormin
Wartawan Utama
Berikan Komentar
Dukungan dan legacy yang besar, juga mengandung makna tanggung...
19333
Bandar Lampung
9726
Gerbang Sumatera
4973
Lampung Barat
4350
Gerbang Sumatera
3697
339
10-Apr-2025
272
10-Apr-2025
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia