Tabik puuunnn...
Salah satu kelemahan mendasar para pemimpin di Indonesia adalah kurang cakap menghibur rakyat. Apalagi mengambil hati rakyat. Bagi mereka, rakyat cukup didekati saat menjelang pemilihan umum.
Para pemimpin traksaksional itu tentu saja berfikir pragmatis, karena melihat rakyat cuma dengan selembar Rp100 ribu. "Bagi-bagi aja cepek menjelang pemilu, beres." Itu kalimat paling umum, sekaligus jurus pamungkas, dan boleh jadi satu-satunya ilmu politik yang mereka miliki.
Selebihnya, rakyat dipangggang. Lalu cuci dengan memajang baliho di berbagai sudut wilayah lewat kalimat, "Kalau belum bisa menyenangkan rakyat, janganlah menyakitinya."
Namun pajak tetap dipungut, bahkan dengan berbagai cara menaikkan berbagai retribusi yang tak jelas apa manfaatnya bagi rakyat. Sandiwara yang dipentaskan justru dilakoni para pengemplang pajak, penilap pajak, dan pencari komisi proyek.
Itulah 'hiburan' yang mampu mereka pentaskan untuk membalas pajak rakyat. Dan ketika perhelatan besar seperti Piala Eropa berlangsung, mereka duduk nyaman di sudut-sudut kafe, memasang taruhan, dan bangga ikut memakai kaos tim nasional negara lain.
Kita memang negara importir. Apa pun diimpor, mulai dari garam, gula, beras, hingga tontonan yang menghibur rakyat. Ya, hiburan rakyat paling menarik sejagad pun harus kita impor.
Apakah ada hiburan rakyat yang mampu mengalahkan sepakbola? Ini hiburan rakyat global, tanpa memandang suku, ras, golongan, dan agama. Ini cara jitu menghibur rakyat dan cara paling ampuh menambal berbagai serpihan hati rakyat yang belum seluruhnya mampu dipuaskan.
Tapi entah kenapa para pengambil kebijakan selalu gagap ketika berbicara sepakbola. Cobalah simak berbagai visi misi yang diajukan para calon kepala daerah ketika berlaga, tak satu pun yang berani bicara soal sepakbola.
Entah kenapa para pemimpin di Indonesia, termasuk di Lampung, tak ingin dikenang sebagai pemimpin 'gila sepakbola'. Lihatlah, program apa yang paling mereka incar, serba mercuasuar. Jembatan Selat Sunda (JSS), kota baru Lampung, berbagai menara dan patung.
Simak juga, apakah ada stadion sepakbola berstandar internasional di Lampung dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Bagaimana mau menghibur rakyat? Janganlah dulu mimpi menghibur rakyat dengan punya tim sepakbola tangguh. Sekedar mengundang tim-tim hebat berlaga di Lampung, tak ada yang berani, karena tak ada stadion yang memadai.
Boleh saja menghujat kita dijajah Belanda selama 350 tahun. Tapi ingat, putra-putra Indonesia pernah berlaga di ajang Piala Dunia, ketika negeri ini bernama Hindia Belanda.
Lalu setelah 67 tahun lepas dari Belanda, apakah tim sepakbola kita lebih baik? Silakan mereka jawabannya. Bisa jadi karena memang pemimpin kita tak punya naluri menghibur rakyat atau kita terlalu cepat merdeka. (***)
Salam,
Amiruddin Sormin
Wartawan Utama
Artikel ini pernah tayang 10 tahun lalu. Tayang ulang untuk para para pemimpin yang kini bertarung di Pilkada 2024.
Berikan Komentar
Sebagai salah satu warga Bandar Lampung yang jadi korban...
4132
Universitas Lampung
Universitas Malahayati
Politeknik Negeri Lampung
IIB Darmajaya
Universitas Teknokrat Indonesia
Umitra Lampung
RSUDAM Provinsi Lampung
TDM Honda Lampung
Bank Lampung
DPRD Provinsi Lampung
DPRD Kota Bandar Lampung
DPRD Kota Metro
Pemrov Lampung
Pemkot Bandar Lampung
Pemkab Lampung Selatan
Pemkab Pesisir Barat
Pemkab Pesawaran
Pemkab Lampung Tengah
Pemkot Kota Metro
Pemkab Mesuji
Pemkab Tulangbawang Barat
Suaradotcom
Klikpositif
Siberindo
Goindonesia