Geser ke atas
News Ekbis Sosok Halal Pelesir Olahraga Nasional Daerah Otomotif

Kanal

Tekan Angka Kematian Udang, Mahasiswa KKN Unila Edukasi Petambak di Sragi Lampung Selatan Manfaatkan Limbah Organik Nabati
Lampungpro.co, 02-Feb-2025

Febri 32560

Share

Mahasiswa KKN Unila Saat Edukasi Petambak Udang di Sragi Lampung Selatan | Lampungpro.co/Dok Unila

SRAGI (Lampungpro.co): Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung (Unila) 2025, telah menerapkan serta mengedukasi petambak tentang pemanfaatan limbah organik nabati dan hewani sebagai produk multifungsi, guna meningkatkan daya tahan udang di Balai Desa Bandar Agung, Sragi, Lampung Selatan, Sabtu (1/2/2025).

Program kerja ini telah dilaksanakan sebelum kegiatan KKN berlangsung, diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan seperti Kepala Desa Bandar Agung Sapri Yadi, kelompok perikanan, dan seluruh masyarakat sekitar.

Ada pun tujuan utama yang diusung dalam program kerja kali ini yakni "Pemanfaatan Limbah Organik Nabati dan Hewani sebagai Produk Multifungsi guna Meningkatkan Ketahanan Udang."

Program kerja tersebut, dilatari oleh kasus kematian udang yang berusia kurang lebih 30 hari. Usai dilakukan analisis, masalah tersebut terjadi akibat kualitas air tambak yang buruk dan tingginya pertumbuhan bakteri patogen.

Untuk itu, program kerja ditujukan agar tingkat kematian udang di desa dengan mayoritas mata pencaharian penambak udang dan nelayan dapat berkurang.

Langkah utama kegiatan ini dilakukan dengan cara mengedukasi petambak tentang pemanfaatan limbah organik nabati dan hewani sebagai produk multifungsi, seperti probiotik alami untuk menekan Vibrio, pupuk organik untuk meningkatkan kualitas air, serta pakan tambahan yang dapat meningkatkan daya tahan udang.

Ada pun produk air yang dihasilkan mencakup pembenah air dan Anti Vibrio (Vibrex). Mikroorganisme patogen Vibrio sendiri merupakan ancaman bagi tambak udang dikarenakan organisme udang yang terinfeksi Vibrio, akan menunjukkan gejala berupa kehilangan nafsu makan dikarenakan adanya kerusakan pada sistem jaringan pencernaan seperti hepatopankreas dan lambung.

Didukung oleh penghasilan utama masyarakat, seperti udang, cumi, ikan, dan hasil laut lainnya, membuat potensi dihasilkannya limbah organik yang berasal dari hewani semakin besar. Oleh karena itu, potensi yang ada dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan produk. ⁠⁠

Pengolahan limbah hewani dan nabati, juga membutuhkan zat kimia tambahan yang dapat dibuat secara alamiah, dimana larutan ini dikenal dengan Larutan Biang. Selain itu, bahan pendukung seperti air kelapa (sebanyak limbah yang dimiliki) juga diperlukan.

Larutan biang dicampurkan dengan larutan (air kelapa + limbah) dengan perbandingan tertentu, lalu larutan dihomogenkan. Larutan yang sudah homogen kemudian difungsikan guna pembuatan dua produk yakni pembenah air dan Vibrex.

Keberhasilan program dapat terlihat secara bertahap dalam beberapa bulan, tergantung pada konsistensi penerapan di tambak. Dalam jangka pendek, pemulihan kualitas air dan pengurangan limbah organik dapat langsung dirasakan setelah beberapa minggu.

Namun untuk menekan angka kematian udang secara signifikan, juga diperlukan perawatan secara berkelanjutan seperti penggunaan probiotik alami dan pakan alternatif secara rutin.

"Kami akan terus melakukan kontrol terhadap beberapa koresponden yang merupakan pemilik tambak udang. Data-data yang diperoleh, nantinya akan menjadi tolak ukur untuk riset dan pengembangan lebih lanjut terhadap proyek ini," kata Ketua Tim KKN Yosua.

Diharapkan program tersebut, nantinya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, dengan meningkatkan kesejahteraan petambak melalui hasil panen udang yang lebih stabil dan berkualitas.

Dengan menekan angka kematian udang akibat infeksi Vibrio, maka diharapkan pendapatan petambak dapat meningkat dan ekonomi lokal menjadi lebih kuat.

Selain itu, pemanfaatan limbah organik akan membantu menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi pencemaran air, serta membuka peluang usaha baru, seperti produksi pupuk dan pakan alternatif. (***)

Editor : Febri Arianto

Berikan Komentar

Kopi Pahit

Artikel Lainnya
Tugu Biawak Wonosobo dan Mannaken Pis Belgia,...

Pariwisata memang butuh ikon, tapi tak harus menimbulkan keriuhan...

1361


Copyright ©2024 lampungproco. All rights reserved